Sebagian pasangan merasa lebih sulit dalam mempertimbangkan apakah akan memiliki anak kedua dibandingkan ketika memutuskan untuk memiliki anak pertama. Ini karena hadirnya anak kedua dalam rumah akan mengubah keluarga dalam banyak hal, seperti hubungan sosial, gaya hidup, pekerjaan, keuangan, dan tentu saja dengan anak pertama.
Sains memang tidak mendikte Bunda dalam mengambil keputusan, terutama yang menyangkut hasrat dan cinta. Bila hati menginginkan untuk memiliki anak kedua dan seterusnya, itu adalah hasrat. Namun Ayah dan Bunda tetap membutuhkan perencanaan yang baik, seperti berapa jarak ideal antara anak pertama dan kedua serta bagaimana mempersiapkan anak pertama untuk memiliki adik, dan persiapan lainnya.
Berikut adalah beberapa isu yang Ayah dan Bunda perlu pertimbangkan.
1. Kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak kedua?
Menurut sejumlah penelitian, waktu tunggu yang disarankan untuk hamil anak kedua berkisar 18-23 bulan setelah melahirkan anak pertama. Jarak antara anak pertama dan kedua ini bermanfaat untuk menyiapkan tubuh Bunda serta agar calon anak kedua bisa tumbuh dan berkembang secara sehat.
Tubuh Bunda membutuhkan waktu untuk pulih dari stres pasca melahirkan. Selain itu, tubuh juga perlu mengisi ulang gizi yang hilang karena melahirkan si Sulung serta perlu mendapat asupan vitamin yang cukup sebelum melahirkan lagi. Selama waktu jeda tersebut, Bunda dapat memanfaatkannya dengan menjaga kesehatan tubuh, menerapkan pola makan seimbang, serta berkonsultasi dengan dokter untuk program hamil bila diperlukan.
Sementara itu, jika jarak antara melahirkan anak pertama dengan mengandung anak kedua kurang dari 17 bulan, maka dapat meningkatkan risiko anak kedua lahir prematur atau lahir dengan berat badan di bawah normal. Studi lainnya menemukan bahwa ibu yang hamil dalam rentang waktu satu tahun setelah melahirkan anak pertama akan memiliki kecenderungan anak kedua terdiagnosis autisme lebih tinggi. Anak kedua yang dilahirkan kurang dari setahun setelah kelahiran anak pertama, memiliki risiko autisme 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan jarak 2-5 tahun dari kakaknya.
Namun, jarak yang terlalu panjang juga tidak ideal. Hamil setelah melahirkan lima tahun berlalu nyatanya juga dapat meningkatkan risiko bayi prematur atau berat badan bayi di bawah rata-rata.
2. Bagaimana mempersiapkan si Kakak?
Dalam menyambut adik bayi, anak pertama mungkin akan mengalami berbagai emosi. Si Kakak bisa merasa gembira, cemburu, atau bahkan benci. Dia mungkin akan berperilaku tidak seperti biasanya yang bisa menguras tenaga Bunda, seperti menjadi rewel, susah makan, dan berperilaku nakal yang berlebihan. Selain itu, anak pertama juga mungkin akan menunjukkan kemunduran kemampuan untuk menarik perhatian Bunda, misalnya lupa keterampilan menggunakan toilet untuk buang air kecil (potty training), berbicara dengan bahasa bayi, minum dengan dot, serta mengisap jempol. Masalah ini biasanya hanya bersifat sementara dan bisa diselesaikan dengan mempersiapkan si Sulung menjadi seorang kakak. Berikut adalah beberapa caranya.
- Katakan padanya bahwa ada bayi yang tumbuh di dalam perut Bunda. Ajak si Kakak mengatakan “hi” atau “halo” kepada janin. Bunda juga bisa memperlihatkan foto ketika si Kakak masih bayi, lalu ceritakan bahwa dulunya kakak adalah seorang bayi kecil dan nantinya adik bayi akan seperti si kakak waktu bayi.
- Ajak si Kakak menemani Bunda melakukan pemeriksaan kehamilan.
- Libatkan anak pertama dalam kehebohan mempersiapkan bayi kedua, seperti meminta pendapatnya dalam memilih barang-barang untuk di kamar adik.
- Berikan si Kakak peran dan katakan padanya bahwa hal itu penting dan sangat berarti. Peranan yang bisa diambil kakak antara lain membantu Bunda mengambilkan popok bayi, memilih mainan untuk adik, dan lainnya.
- Berikan kakak hadiah kejutan seperti bangku khusus untuknya duduk menemani Bunda menyusui adik bayi. Bunda juga bisa menyiapkan hadiah kecil untuk kakak dan memberikannya saat adik lahir. Katakan pula bahwa hadiah tersebut adalah pemberian dari adik bayi.
- Dekatkan si Sulung dengan orang-orang yang nantinya akan membantu Bunda mengurus dia ketika mendekati masa melahirkan anak kedua, misalnya tante, nenek, kerabat, atau baby sitter.
- Ketika si Sulung mengunjungi Bunda pasca melahirkan, pastikan bahwa bayi diletakkan di ranjang bayi agar Bunda bisa memeluk si Sulung. Hal ini merupakan perhatian yang berharga bagi si Sulung.
3. Bagaimana kesiapan Bunda sendiri?
Salah satu perubahan positif pada kehamilan anak kedua adalah Bunda sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan dari anak pertama sehingga meningkatkan kepercayaan diri ketika merawat anak kedua. Hal-hal yang terasa begitu berat ketika mengurus anak pertama, termasuk menyusui, mengganti popok, penanganan penyakit, tampaknya kini tidak terasa terlalu rumit lagi.
Walaupun beban anak kedua mungkin terlihat lebih ringan, namun jangan memaksakan diri bila kondisi Bunda kurang memungkinkan. Ada baiknya Bunda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan terkait program hamil anak kedua agar lebih siap secara fisik dan psikis. Pertimbangkan juga usia Bunda. Bila usia Bunda di bawah 30 tahun dan Bunda tidak memiliki masalah kesehatan, maka perencanaan program hamil bisa lebih fleksibel dilakukan bersama dokter. Namun, jika Bunda berusia 38 tahun dan ingin dua anak lagi, Bunda mungkin tidak memiliki keleluasaan mengatur jarak kehamilan satu anak dengan lainnya selama tiga tahun atau sesuai jarak ideal.
Di samping itu, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang terdekat, baik ketika sedang hamil anak kedua maupun setelah melahirkan. Walaupun Bunda sudah memiliki pengalaman sebelumnya, mungkin Bunda tetap belum bisa menyelesaikan semua kerepotan yang terjadi ketika si Adik lahir.
source: alodokter
source: alodokter